Jika kamu pernah bertanya “Can it run Crysis?”, kamu pasti tahu reputasi seri ini. Di masanya, Crysis 3 adalah monster teknologi dan puncak dari trilogi FPS ikonik garapan Crytek. Kini, melalui versi Remastered, Prophet kembali dengan Nanosuit-nya di tahun 2025 — tapi apakah kehadirannya masih punya taring, atau hanya nostalgia berbalut resolusi tinggi?
Tabel Konten Artikel Review Crysis 3 Remastered
Review Game Crysis 3 Remastered Versi Narasi Video
Jika kamu ingin review Crysis 3 Remastered versi video narasinya, kamu bisa lihat dibawah ini atau di sini.
Gameplay Crysis Remastered Series
Kembali ke New York dalam Balutan Teknologi Baru
Saya memainkan Crysis 3 Remastered pertama kali akhir 2024, dengan ekspektasi tinggi sebagai seseorang yang pernah menamatkan versi originalnya. Harapan saya sederhana: peningkatan visual modern, performa stabil, dan mungkin sedikit penyegaran cerita. Kenyataannya, sebagian harapan itu terwujud, tapi tidak semuanya berhasil memuaskan.
Remaster ini membawa pemain kembali ke reruntuhan New York yang kini telah diselimuti hutan tropis, dikuasai oleh korporasi CELL, dan tentu saja, Ceph — alien mematikan yang masih jadi ancaman. Prophet, kini hanya tersisa kesadarannya dalam tubuh Nanosuit, kembali ke garis depan untuk menyelesaikan satu misi terakhir.
Gameplay: Kombinasi Bebas Antara Predator dan Tank
Yang membuat Crysis selalu unik adalah fleksibilitas gaya bermain. Lewat Nanosuit, kamu bisa bermain diam-diam dengan Stealth Mode, atau menjadi monster lapis baja dengan Armor Mode. Transisi antar mode terasa halus, dan ini yang membuat pertempuran terasa dinamis.
Senjata paling mencolok jelas adalah Predator Bow, panah futuristik yang mematikan dan bisa digunakan dalam mode siluman tanpa membatalkan stealth. Saya pribadi hampir selalu mengandalkannya di tiap misi — terutama saat berburu musuh dari kejauhan dengan panah listrik atau peledak. Kombinasi senjata dan kemampuan membuat setiap pendekatan terasa personal.
Namun, AI musuh terasa stagnan walau udah pada versi Remastered. Mereka sering bereaksi aneh atau terlalu mudah dikalahkan. Level desain juga mulai terasa terbatas dibanding standar FPS modern yang lebih terbuka dan kompleks.
Senjata dan Upgrade: Variatif Tapi Tidak Revolusioner
Di Crysis 3 Remastered ini ada beberapa senjata favorit baru. Selain Predator Bow yang jadi andalan, senjata seperti Typhoon dan DSG-1 juga menawarkan gaya bertempur yang seru. Typhoon adalah senapan dengan kecepatan tembak gila dan terlalu absurd, cocok untuk mengacak-acak posisi musuh dalam hitungan detik, sedangkan DSG-1 menawarkan presisi tinggi dalam jarak menengah dan cocok pertempuran Stealth.
Di sisi lain, fitur hacking menjadi elemen tambahan yang cukup menarik dalam Crysis 3. Kita bisa meretas turret musuh, drone, pintu otomatis, hingga perlengkapan milik Ceph, yang memberi sedikit keunggulan taktis saat menyusup atau bertahan. Walaupun implementasinya tidak terlalu mendalam, fitur ini menambah nuansa bahwa Nanosuit 3.0 benar-benar semakin canggih—seolah Prophet kini bisa melakukan hampir segalanya. Sayangnya, mekanisme hacking ini tetap terasa sebagai pelengkap, bukan inti dari gameplay.
Upgrade Nanosuit sendiri membuka berbagai modul untuk bertahan, menyerang, atau mendeteksi musuh. Namun, sebagian fitur terasa kurang signifikan. Fitur “Nano Vision” adalah contoh paling nyata. Alih-alih membantu di area gelap, visornya justru memberi tampilan yang membingungkan dan tidak praktis.
Saya pun masih heran mengapa fitur ini tetap dipertahankan hingga Crysis 3, bahkan pada versi Crysis 3 Remastered—karena, sejujurnya, tidak memberikan manfaat apa pun, bahkan dalam kondisi gelap sekalipun. Fungsi utamanya hanya efektif untuk mendeteksi alien yang dapat menghilang, tetapi di Crysis 3 musuh tersebut hanya muncul pada awal game dan itu hanya sebentar, sementara di Crysis 2 pun mereka baru hadir menjelang akhir cerita.
Dibandingkan dengan Night Vision di Crysis 1 yang jauh lebih berguna dan nyaman dipakai, Nano Vision di Crysis 3 justru lebih sering saya matikan ketimbang dipakai. Sebuah fitur yang terlihat canggih, tapi kehilangan fungsi praktisnya.
Cerita: Antara Penebusan dan Warisan
Crysis 3 ingin menjadi kisah penutup yang emosional. Prophet bukan lagi manusia utuh — ia adalah kesadaran dalam mesin yang masih menyimpan harapan untuk menyelamatkan dunia. Hubungannya dengan Psycho dan Claire memperlihatkan sisi manusianya yang rapuh, terutama saat masa lalu menghantuinya.
Beberapa momen emosional bekerja dengan baik. Tapi sebagian lainnya terasa terlalu cepat dan tidak diberi cukup waktu untuk berkembang. Contohnya, kemarahan Psycho kepada Claire terasa berlebihan, meski logis mengingat trauma masa lalunya.
Ending-nya sendiri memberi penutupan, tapi bukan klimaks yang membekas. Laurence Barnes atau sebutannya Prophets menyatu kembali dengan identitas di tubuh manusia bernama Alcatraz (nama kode militernya), tapi ancaman Ceph tetap menyisakan banyak tanda tanya. Dan dengan Crysis 4 yang masih belum jelas rilisnya, kesan “belum selesai” jadi terasa.
Visual & Audio: Naik Level, Tapi Tidak Lompat Zaman
Sebagai remaster, peningkatan visual memang ada — tekstur lebih tajam, pencahayaan ditingkatkan dengan ray tracing, dan efek partikel terasa lebih modern. Namun, dibanding game rilis 2024–2025, visual ini masih tertinggal. Beberapa bagian lingkungan terlihat luar biasa, tapi lainnya terasa datar.
Animasi wajah dan ekspresi karakter tidak diperbarui, membuat cutscene terasa kaku. Untungnya, desain dunia tetap mengesankan: reruntuhan kota yang ditelan alam memberi atmosfer yang unik.
Untuk audio, kualitas suara senjata, langkah, dan ambient sound mendukung gameplay. Musik latar cukup sinematik, tapi tidak ada soundtrack yang menonjol. Sayangnya, saya sempat menemui bug audio saat boss fight terakhir — musik klimaks menghilang, menyisakan suara tembakan saja. Momen klimaks yang seharusnya megah jadi terasa sunyi dan canggung.
Performa di PC Stabil
Saya memainkan game Crysis 3 Remastered di PC berspesifikasi Ryzen 7 5800X3D dan RTX 5070 Ti. Performa keseluruhan cukup stabil di 1440p dengan setting tertinggi dan ray tracing aktif.
Apakah Masih Layak Dimainkan di 2025?
Jawabannya: tergantung. Untuk pemain baru, Crysis 3 Remastered masih menyajikan pengalaman FPS dengan elemen stealth dan sci-fi yang jarang ditemukan. Gameplay-nya solid, dunianya menarik, dan Nanosuit tetap menyenangkan digunakan. Tapi untuk gamer veteran, kamu mungkin akan merasa bahwa ini hanya nostalgia visual tanpa peningkatan besar.
Sebagai remaster, Crysis 3 masih punya daya tarik — terutama saat diskon atau lebih bagus beli dalam bentuk bundle dalam pembelian Trilogi, alih – alih hanya membeli Crysis 3 Remastered saja.
Tapi jangan harapkan lompatan besar atau inovasi. Crysis 3 Remastered adalah bentuk penghormatan terhadap game legendaris, tapi bukan bentuk kelahiran ulangnya.