Review Battlefield 4 di 2025: Performa Masih Prima, Tapi Apakah Masih Layak?

REVIEW OVERVIEW

Gameplay Campaign
3
Gameplay Multiplayer
9
Cerita
4
Audio
9
Musik
8
Visual
8
Performa
9
Masih jadi FPS klasik solid di 2025—seru, realistis, tapi butuh diskon besar biar layak beli.

Tetap Terhubung

Untuk Konten Yang Lebih Eksklusif!

- Iklan -

Dirilis lebih dari satu dekade lalu, Battlefield 4 tetap jadi salah satu game FPS berskala besar yang masih dicintai. Namun di 2025, pertanyaannya bukan lagi soal kehebohan pertempuran masifnya—melainkan: apakah game ini masih pantas dimainkan dan dibeli, terutama saat server mulai kehilangan pemain aktif?

Review Battlefield 4 Versi Narasi

Tontonlah ulasan dalam bentuk video yang tersedia di bawah ini. Jika kamu lebih memilih menonton daripada membaca, klik di sini untuk mengaksesnya.

Gameplay Multiplayer Battlefield 4

Gameplay Campaign Battlefield 4

Multiplayer: Masih Menyala Tapi Mulai Redup

Jantung dari Battlefield 4 adalah multiplayer-nya. Mode Conquest tetap jadi favorit karena skala besar dan fleksibilitas gaya bermain. Saya sendiri cenderung memilih class Assault dan sesekali mencoba Engineer, namun jarang menyentuh Recon. Pilihan senjata saya jatuh pada AUG, SAR, dan G36C—senjata tipe bullpup dan carbine dengan efisiensi peluru tinggi di medan perang menengah.

Sayangnya, pengalaman bermain di 2025 sangat ditentukan oleh lokasi geografis. Sebagian besar server aktif berada di wilayah barat seperti Oseania dan Eropa, membuat ping di Asia Tenggara cenderung tinggi, rata-rata 180–200ms. Ini jelas memengaruhi performa tembak-menembak, terutama saat kontak langsung.

Meski begitu, sistem VOIP dan voice-line otomatis karakter membuat suasana tetap hidup, bahkan ketika bermain dengan random player yang diam. VOIP yang baik dan respons karakter tetap menjaga atmosfer pertempuran tetap imersif, walaupun komunitas sudah mulai mengecil.

Fitur Unik: Commander Mode

Salah satu fitur paling underrated di BF4 adalah Commander Mode—fitur yang unik dan hanya ada di seri ini. Mode ini memungkinkan pemain mengatur strategi dan memberi dukungan seperti UAV, supply drop, atau missile strike tanpa terlibat langsung dalam pertempuran. Ini adalah fitur taktis yang memberikan variasi dalam gaya bermain, terutama bagi pemain yang ingin berkontribusi tanpa terjun ke garis depan.

Campaign: Gagal Menyampaikan Cerita

Kampanye di Battlefield 4 patut dikritik habis-habisan. Ceritanya tidak jelas, konfliknya tidak kuat, dan koneksinya dengan Battlefield 3 hanya terasa lewat kemunculan dua karakter lama yang bahkan tidak diberi pengaruh signifikan pada plot. Bahkan hingga 2025, bug di campaign masih belum diperbaiki—beberapa misi bisa rusak total karena AI yang mogok atau event yang tidak bisa dipicu.

Namun, voice acting dari tiap karakter masih terasa solid. Sayang, naskah yang lemah membuat semua potensi itu tidak terasa maksimal. Secara keseluruhan, campaign bisa dilewati tanpa rugi apa-apa.

Visual dan Performa: Masih Stabil di 2025

Secara teknis, Battlefield 4 masih layak dipuji. Dengan engine Frostbite yang disempurnakan dari BF3, visual game masih terlihat enak di mata. Efek ledakan, kehancuran bangunan, dan pergerakan karakter masih terasa mulus dan realistis.

- Ikuti Channel Gaming ANP Klik Ikonnya Aja-Channel Youtube Prima

Multiplayer berjalan lancar di PC modern, bahkan saat adu tembak masif. Tidak ditemukan bug mayor di sisi gameplay online—hanya campaign yang masih dihantui oleh isu klasik.

Progres dan Sistem Unlock

Progres senjata terasa rewarding, meskipun beberapa item butuh map atau kondisi tertentu untuk dibuka. Ini bisa jadi tantangan tersendiri, tapi menambah nilai replayability. Sistem level terasa standar, tanpa adanya fitur tambahan seperti perk atau skill tree yang signifikan.

Apakah Masih Worth It di 2025?

Jawaban singkatnya: masih, tapi dengan syarat.

Dengan harga penuh yang masih bisa menyentuh Rp500.000-an, Battlefield 4 jelas tidak layak dibeli tanpa diskon. Namun, saat diskon 80–90% muncul, apalagi untuk Premium Edition, maka ini adalah pembelian yang masuk akal. Dengan harga di bawah Rp100.000, kamu mendapat akses ke semua DLC, map, dan pengalaman multiplayer yang masih punya jiwa meski komunitasnya mulai sepi.


Kesimpulan

Battlefield 4 adalah bukti bahwa game dengan usia lebih dari satu dekade masih bisa bertahan dengan gagah di tengah gempuran judul-judul baru. Kekuatan utamanya terletak pada desain multiplayer yang solid, sistem pertarungan yang cepat namun taktis, dan variasi map serta mode permainan yang beragam. Fitur seperti Commander Mode menambah kedalaman strategis yang tak ditemui di banyak game FPS lainnya hingga saat ini.

Namun, waktu tak bisa dibohongi. Komunitas pemain makin mengecil, server dengan ping rendah makin jarang ditemukan, dan campaign-nya terasa usang dan tidak relevan—terlebih dengan bug yang tak pernah tersentuh patch, bahkan hingga 2025. Itu membuat pengalaman solo benar-benar kehilangan daya tariknya.

Jika kamu pemain baru yang penasaran dengan akar kejayaan seri Battlefield, atau veteran yang ingin nostalgia dengan sistem tembak-menembak yang stabil dan map yang ikonik, Battlefield 4 tetap layak dicoba—asalkan dibeli dengan harga diskon yang masuk akal. Jangan berharap pengalaman kompetitif penuh, tapi kamu masih bisa menemukan momen-momen epik yang membuat game ini dulu sangat dicintai.

- Iklan, Terakhir-
Mulai berlanggan ke channel aku dan dapatkan konten terbaru setiap harinya.

Artikel Terbaru

Nosphire
Nosphire
New Day New Gameplay
0 0 votes
Penilaian Artikel
Langganan
Beri tahu tentang
guest
0 Komentar
Dulu
Terbaru Terbanyak Terpilih
Umpan Balik Sebaris
Lihat semua komentar